BALADA NEGERI BLANTIK
Di stasiun, terminal atau pelabuhan
biasanya ada beberapa orang yang menawarkan tiket atau Tanya bahkan berteriak dan
tidak jarang sambil menarik-narik tangan atau membawa begitu saja barang bawaan
calon penumpang yang mencari-cari kendaraan umum sesuai dengan jurusan yang
diinginkan. Sambil sedikit memaksa biasanya mereka kemudian menentukan dan
menyuruh kepada penumpang umum membayar harga tiket. Tentu dengan harga yang
sudah dimark up sedemikian rupa, apalagi kalau penumpangnya kelihatan culun
atau lugu. Sang sopir dan kondektur justru duduk-duduk sembari menunggu
kendaraannya penuh oleh penumpang. Setelah penuh sang sopir baru naik ke
kendaraan, kondektur menghitung-hitung berapa penumpang yang naik diterminal
lantas membayar kelebihan uang tiket kepada para calo tadi.
Di kantor samsat biasanya terpasang
tulisan yang mendorong untuk mengurus surat-surat secara mandiri tidak
menggunakan jasa calo. Yaitu orang-orang yang terbiasa mangkal di kantor-kantor
samsat, bukannya menunggu layanan dari kantor samsat melainkan memang setiap
hari mereka nongkrong di sana. Mereka justru menunggu orang-orang yang mau
mengurus perpanjangan STNK dan sebagainya, untuk ditawari bantuan atau jasa.
Nah
lain lagi dengan mereka yang di sekitar bioskop, mereka biasanya tidak perlu
teriak-teriak. Biasanya kalo film Bang Haji atau film india, loket penjualan
karcis penuh sesak. Mereka menawarkan jasa untuk membelikan karcis atau mereka
menjual karcis yang udah mereka beli dengan harga lebih mahal tentunya. Agar
karcis mereka laku biasanya sengaja mereka ikut ngantri biar kelihatan penuh
sesak orang mau nonton. Mereka lebih terang-terangan menjual jasa, beda dengan
calo tiket kereta api. Mereka jual tiketnya sembunyi-sembunyi, pakai alasan
lagi pura-pura ndak jadi berangkat jadi tiketnya dijual atau karcis di loket
sudah tidak dapat tempat duduk.
Suatu
kali di rumah kedatangan tamu, dua orang berboncengan menggunakan sepeda motor.
Setelah me ngucapkan salam dan
bersalaman dengan Abah, mereka duduk bersama di balai . Tidak lama kemudian
salah seorang tamu itu mengeluarkan map kuning. Entah apa yang mereka
bicarakan, setelah tamu-tamu itu pulang baru ku tahu ternyata mereka menawarkan
tanah sama Abah. “Yah, biasa RCTI” kata Abah. RCTI? saya pikir stasiun TV eh rupanya
singkatan “Rombongan Calo Tanah Indonesia” atau makelar tanah.
Ketika
Abah bermaksud menjual sapi untuk biaya sekolah adik sulungku di pasar hewan,
di jalan menjelang pasar hewan udah disambut orang-orang yang kelihatannya
sudah familiar dengan kondisi di pasar hewan. “Sinten niku, Bah?” tanya ku.
“Blantik” jawab Abah singkat. Yah mereka perantara antara penjual dan pembeli
sapi.
Datang
ke Jakarta, banyak terpampang iklan-iklan jual rumah, ruko dan properti lain.
Siapa yang memasang iklan-iklan itu? Dibawah iklan tersebut biasanya tercantum
nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi ditambah kalimat “tanpa perantara”
karena yang memasang iklan seorang perantara. Mereka biasa menyebut dirinya
seorang broker dan bergabung dalam sebuah perkumpulan atau individual. Ada yang
profesional ada juga yang yang asal-asalan.
Berjalan
di kawasan SCBD dan masuk sebuah gedung disana juga ada orang-orang yang
berprofesi sebagai perantara. Mereka biasa menyebut dirinya pialang saham.
mereka biasa bergelut di pasar modal berada di antara investor.
Terus ada yang berkeliaran diantara
Kantor Polisi,KPK, Kejaksaan sampai Pengadilan. Mereka menjadi perantara
orang-orang yang berperkara dengan pemangku hukum. Biasanya mereka disebut
Markus atau makelar kasus. Keberadaan mereka bagai hantu, ada tapi tak
terlihat. Nah kalau ada yang kecewa baru terbuka. Ada yang ketangkep basah
sedang transaksi, ada yang kesadap/disadap.
Kata blantik sebenarnya hanya mewakili kata-kata lain yang semakna yang
begitu banyak beredar dalam percakapan dengan beragam tema penggunaan, sebut
saja kata calo, makelar, perantara. Kata-kata tersebut biasanya akrab terdengar
dalam pengurusan KTP, perpanjangan STNK, pembuatan SIM, jual beli tanah berikut
pengurusan sertifikatnya. Juga digunakan dalam dunia perdagangan misalnya pada
saat jual beli sapi, sepeda motor, mobil bekas, rumah.. Dalam dunia akademik
pun terdengar berita dan isu penggunaan kata-kata calo, makelar termasuk untuk
proses rekrutmen PNS, anggota TNI/Polri. Dalam level yang lebih tinggi dan elit
juga digunakan kata-kata tersebut, misalnya dalam proses pilkada bupati,
gubernur sampai dengan pilpres untuk pemilihan presiden dan wakil presiden
dengan pembentukan team sukses.
Calo, orang yg menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan
sesuatu berdasarkan upah; perantara; makelar; artikata.com. Makelar; 1. perantara perdagangan
(antara pembeli dan penjual); orang yg menjualkan barang atau mencarikan
pembeli; pialang: 2. orang atau badan hukum yg berjual beli sekuritas atau
barang untuk orang lain atas dasar komisi. Dalam pemakaiannya
masing-masing kata memiliki karakter tersendiri. Kata balntik digunakan untuk
hal-hal yang berhubungan dengan proses jual belli hewan ternak, kata makelar
lebih banyak digunakan untuk proses jual beli tanah, kata calo digunakan untuk
hal-hal yang berhubungan dengan proses jasa pengurusan surat menyurat misalnya
pengurusan STNK, pengurusan pendaftaran PNS, sedangkan kata jongos digunakan
untuk seseorang yang menggantikan orang lain dalam proses tertentu, sedangkan
katabelece adalah bentuk surat tertentu yang berisikan jaminan dari seseorang
yang memiliki pengaruh dalam suatu proses.
Secara tradisional penggunaan kata blantik dan bentuk derivatifnya sudah
jamak dipakai oleh masyarakat, misalnya dalam perdagangan hewan ternak di
desa-desa. Masyarakat biasanya tidak melakukan transaksi langsung di pasar
melainkan melalui blantik terlebih dahulu, baik pembeli maupun penjual. Artinya
bahwa penggunaan orang-orang tertentu untuk membantuk memperlancar kepentingan
sudah melekat dalam masyarakat.
Mungkin semua definisi tersebut tidak ‘Jami’ Mani’ dalam istilah ilmu
mantiq, namun demikianlah kira-kira semua penggunaan istilah tersebut. Dan yang
jelas biasanya penggunaan istilah tersebut tidak berhenti hanya sekedar membantu,
melainkan juga diiringi dengan kata-kata lain misalnya fee, uang terima kasih,
suap sampai korupsi, persenan yaitu bentuk imbalan dari perbantuan atau
selesainya suatu proses. Misalnya setelah terjadi proses jual beli tanah maka
baik pembeli maupun penjual memberikan fee atau persenan atas bantuan yang
diberikan oleh sang makelar.
Perilaku tersebut juga diiringi dengan perilaku lain sebagai efek
samping. Korupsi, kolusi, nepotisme, suap, uang lebih, ucapan terima kasih.
Gratifikasi, parcel, titipan, uang pulsa, uang rokok, amplop, uang transport,
uang administrasi, uang jalan,
Ada beberapa alas an kenapa masyarakat sering menggunakan jasa para
blantik dalam melakukan transaksi atau mengurus suatu kepentingan tertentu;
yaitu:
1.
Alasan waktu, dimana seseorang
merasa tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mengurus urusannya atau
kepentingannya.
2.
Alasan pengetahuan, dimana
seseorang merasa tidak mengetahui seluk beluk birokrasi apalagi anggota
masyarakat yang berasal dari pedesaan dan pedalaman.
3.
Alasan pengalaman, dimana
seseorang merasa tidak punya pengalaman berurusan dengan birokrasi yang sarat
dengan prosedur dan persyaratan. Seseorang merasa sulit untuk mengurus
kelengkapan yang diminta untuk selesainya suatu pelayanan yang dikehendaki.
4.
Alasan diskresi, dimana
masyarakat biasanya ingin urusannya bisa dilayani dengan cepat dan mudah, dan
untuk itu dibutuhkan orang tertentu yang sudah sering atau mengenal birokrasi.
Birokrasi yang ribet tanpa kejelasan waktu dan prosedur
Makelar=Calo=Broker=Pialang=Blantik?
REP
| 06 November 2009 | 14:08
206
0
Nihil
Dulu
waktu emak masih jualan kaki lima di persimpangan jalan yang kebetulan menjadi
pangkalan oplet dan bis banyak sekali orang yang berteriak-teriak, suaranya
lantang sekali. Mereka adalah para calo oplet dan bis yang mangkal di
sekitar perempatan dekat terminal, di dalam terminal pun ada. Merak
teriak-teriak, nyuruh-nyuruh orang naik tapi dia sendiri ndak mau naik. Maka
kalo ada orang yang suka teriak kenceng emak suka komentar “dasar calo”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar